Pengertian Pendidikan, Fungsi Dasar, dan Tujuannya

Artikel terkait : Pengertian Pendidikan, Fungsi Dasar, dan Tujuannya

Pengertian Pendidikan, Fungsi Dasar, dan Tujuannya - Modul atau bahan pelatihan ini akan mengkaji tentang hakikat pendidikan, baik yang menyangkut pengertian, dasar, fungsi dan tujuan pendidikan serta aliranaliran pendidikan. Kemudian yang penting lagi akan dibahas pendidikan Pengetahuan Sosial yang meliputi konsep Pengetahuan Sosial, tujuan dan pengembangan program pembelajaran Pengetahuan Sosial.

Kita sudah sangat akrab dengan istilah  Banyak konsep yang menggunakan kata pendidikan. Misalnya ada: pendidikan formal-pendidikan non formal, pendidikan sekolah-pendidikan luar sekolah, pendidikan anak-pendidikan orang dewasa, pendidikan jasmani, pendidikan ekonomi, pendidikan nasional, filsafat pendidikan, ilmu pendidikan, dan masih banyak lagi.

Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan diri anak didik agar dapat menemukan kediriannya. Ini artinya pendidikan adalah suatu proses untuk membentuk diri seseorang agar menjadi manusia yang manusia. Dalam hal ini perlu ada kematangan, sehingga pendidikan menjadi sebuah proses pendewasaan diri seseorang dan masyarakat.

Secara lebih khusus, dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Lih: UU. No. 20 Tahun 2003). Rumusan tentang pendidikan yang termuat dalam Ut_J. No. 20 Tahun 2003 ini sangat komprehensif. Artinya arah dari proses pendidikan nasional mencakup berbagai aspek kehidupan diri manusia dan masyarakat untuk survive dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perlu disadari bahwa berbicara soal pendidikan, memang cakupannya cukup luas, bahkan dalam mendefinisikan pengertian pendidikan juga bervariasi. Ada Yang mengartikan pendidikan sebagai proses yang di dalamnya seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku Iainnya di lingkungan masyarakat dimana ia berada. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses sosial, di mana seseorang dihadapkan pada kondisi dan pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (contoh paling nyata sekolah) sehingga yang bersangkutan mengalami perkembangan secara optimal (Dictionary of Education, dikutip dari T. Sulistyono, 2003).

Dari dua definisi tersebut menunjukkan melihat pendidikan dari sudut pandang yang berbeda. Yang pertama melihat dari sudut pandang psikologis, dan yang kedua dari sudut pandang sosiologis. Banyak sudut pandang untuk dapat merumuskan pengertian pendidikan sehingga banyak juga definisi tentang pendidikan. Tetapi yang jelas pendidikan adalah proses untuk membina diri seseorang dan masyarakat agar dapat survive dalam hidupnya.

Dasar Fungsi dan Tujuan Pendidikan

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mencermati rumusan konstitusional tersebut menegaskan bahwa arah dan tujuan pendidikan nasional adalah untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa, berbudi pekerti luhur, sehat jasmani rohani, cakap, berilmu dan kreatif, mengembangkan kemandirian serta menjadi warga negara yang baik. Hal ini semua dalam rangka membangun watak bangsa yang beradab dan bermartabat.

Rumusan tujuan pendidikan nasional itu sangat ideal dan komprehensif, bahkan boleh dikatakan rumusan tujuan pendidikan yang terlengkap di dunia. Hal yang demikian itu Sengaja dirumuskan agar memberikan suasana kebatinan dan semangat serta memberikan motivasi bagi setiap komponen manusiawi yang terkait terus berusaha untuk mencapai cita-cita yang ideal itu. Agar lebih membumi rumusan tujuan juga langsung dibawa ke lembaga pendidikan, diperuntukkan para peserta didik.

Karena itu dijelaskan pula dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal l, butir l, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Jadi menurut amanat UU No. 20 Tahun 2003 ini, peserta didik harus didorong untuk aktif mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, mampu mengendalikan diri, memiliki kepribadian yang kuat, akhlak yang mulia serta keterampilan-keterampilan yang diperlukan yang implikasinya pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Aliran-aliran Pendidikan 

Di atas sudah disinggung bahwa setiap orang dengan pandangan tertentu merumuskan arti pendidikan berbeda dari rumusan pendidikan yang dirumuskan seseorang ahli dari pandangan yang lain. Karena itu makna pendidikan itu amat luas. Begitu juga kalau secara khusus kita kuatkan dengan proses pendidikan sebagai proses pembinaan peserta didik sebagai subyek didik, Dalam hal ini memang ada beberapa aliran tentang pendidikan (Lih. T. Sulistyono, 2003).

Aliran Empirisme 

Alirati ini ditokohi oleh John Locke (Inggris: 1932 704) dengan teorinya "Tabula rasa”, menurut aliran ini manusiâ iłu dilahirkan putih bersih seperti meja lilin, kertas putih; artinya tidak mejnbawa potensi apa-apa, Perkembangan seianjutnya tergantung pada pendidikam dan atatî lingkungarîî Pendidik memegang peranan yang sangat penting dcngan menyediakan lingkungan pendidikan dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman (empiri pengalaman),

Aliran Nativisme 

Nativisme dengan tokohnya Schopenhauer (Jerman: 1788 - 1860). Menurut pandangan ini bahwa manusia dilahirkan dengan potensi-potensi yang sudah sehingga faktor pendidikan dan atau lingkungan tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap perkembangan anak. Potensi yang dibawa sejak lahir atau pembawaan inilah yang sepenuhnya mempengaruhi perkembangan anak, yang baik akan menjadi baik, yang jelek akan menjadi jelek. Pendidikan iłu sepenuhnya ditentukan oleh peserta didik iłu sendiri. Pembawaan yang menonjol disebut bakał (navitus — bakat).

Aliran Konvergensi 

Tokoh aliran ini Willian Stern (Jerman: 1871 — 1939), yang berpendapat bahwa anak sejak lahir telah membawa pembawaan atau potensi-potensi, namun dałam perkembangan selanjutnya ditentukan bersama baik oleh pembawaan maupun lingkungan atau pendidikan. Pembawaan tidak akan berkembang dengan baik manakala tidak ada dukungan pendidikan dan atau lingkungan.

Sebaliknya pendidikan dan atau lingkungan tidak akan berhasil baik manakala pada diri anak tidak ada pembawaan yang mendukungnytL Menurut William pendidikan tergantung dari pembawaan dan lingkungan, seakan ada dua garis yang menuju ke suatu titik temu (convergen = menuju ke satu titik). Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas, walaupun di sana sini dikritik.  Aliran konvergensi dikritik sebagai aliran yang cocok untuk hewan dan tumbuh-turnbuhan, kalau bibitnya baik lingkungannya baik maka hasilnya baik bagi manusia hal itu belum tentu, karena masih ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu pilihan atau seleksi dari yang bersangkutan.

Ada pandangan lain lagi yang berbeda dengan ketiga aliran atau pandangan tadi. Pandangan yang dimaksud adalah sebagai berikut: Menurut pandangan ini peserta didik telah mempunyai berbagai potensi. Ada potensi bidang matematik, bahasa, sejarah, bidang politik, ekonomi, hukum, seni, bahkan potensi-potensi yang jelekpun telah ada pada anak. Akan jadi apa dia, tergantung dari potensi mana yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan.

Kalau lingkungan sangat intensif mempengaruhi potensi bahasa, maka kelak ia menjadi ahli bahasa. Kalau lingkungan sangat intensif mempengaruhi potensi ekonomi, maka kelak ia akan menjadi ekonomikus. Kalau lingkungan sangat intensif mempengaruhi potensi kejahatan, maka kelak ia akan menjadi orang jahat.

Aliran Naturalisme 

Aliran ini tokohnya JJ. Rousseau (Perancis: 1712 1778). Menurut aliran naturalisme manusia itu pada waktu Iahir mempunyai pembawaan baik. la menjadi buruk karena hidup di masyarakat. Oleh karena itu kalau akan menjadi baik, maka kembali ke alam. Serahkan pendidikan pada alam (natur = alam), dengan menjauhkan dari masyarakat. la mengusulkan supaya anak disediakan permainan bebas untuk mengembangkan pembawaannya, kemampuankemampuannya dan kecenderungan-kecenderungannya.

Artikel Pendidikan Pengetahuan Sosial Lainnya :

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2015 Pendidikan Pengetahuan Sosial | Design by Tuxlin Network